Pengolahan Bahan Makanan Setengah Jadi
Pengolahan
Bahan Pangan Setengah Jadi dari Serealia, Kacang-kacangan, dan Umbi Menjadi
Makanan Khas Wilayah Setempat
Indonesia dikenal sebagai salah satu pusat jajanan
dunia dengan berbagai macam bentuk, rasa, dan teknik pengolahan serta memiliki
keunikan karakteristik olahan masing-masing. Hal ini tentu perlu dipertahankan
dan makin ditingkatkan kreativitas dalam mengolah hasil pangan, baik dari bahan
dasar setengah jadi maupun bahan bakunya sendiri.
Salah satu sektor yang sangat penting dikembangkan
untuk mendukung pembangunan pertanian adalah industri pengolahan hasil
pertanian (industri makanan). Pengembangan industri makanan diharapkan akan
mampu memberikan nilai tambah terhadap produk pertanian, membuka kesempatan
kerja, sumber devisa sekaligus menyediakan produk pangan yang makin beragam.
Pengolahan makanan dengan memperhatikan gizi dan awet berhubungan erat dengan
pemenuhan gizi masyarakat.
A.
Pengertian
apa itu serealia, umbi, dan olahan
pangan setengah jadi sebagai berikut.
• Pengolahan bahan pangan adalah suatu
kegiatan mengubah bahan mentah menjadi bahan makanan siap dikonsumsi atau
menjadi bahan setengah jadi dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan
memperpanjang masa simpan bahan pangan.
• Serealia adalah jenis tumbuhan
golongan tanaman padi/padian/ rumput/rumputan (Gramineae) yang dibudidayakan
untuk menghasilkan bulir-bulir berisi biji-bijian sebagai sumber
karbohidrat/pati.
• Umbi adalah organ tumbuhan yang
mengalami perubahan ukuran dan bentuk (pembengkakan) sebagai akibat perubahan
fungsinya. Organ yang membentuk umbi terutama batang, akar, atau modifikasinya.
•
Olahan bahan pangan setengah jadi sering disebut juga sebagai ‘produk pangan
primer’ adalah mengolah bahan baku pangan dengan proses pengawetan, baik
pengawetan secara kimia, fisika ataupun mikrobiologi, menjadi aneka ragam
olahan pangan setengah jadi, yang selanjutnya digunakan sebagai bahan baku
pangan. Bahan pangan setengah jadi memiliki nilai ekonomi lebih tinggi, karena
dapat memiliki umur simpan yang lebih panjang dan dapat diolah secara cepat
sesuai kebutuhan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
pengertian dari pengolahan bahan pangan setengah jadi dari serealia dan umbi
menjadi makanan khas daerah setempat adalah mengolah produk pangan primer, baik
yang diproduksi oleh rumah tangga, industri kecil, ataupun industri pengolahan
pangan dengan teknologi tinggi menjadi makanan dengan karakteristik budaya
setempat.
B.
Jenis
Secara umum, mengolah pangan serealia
dan umbi menjadi produk olahan pangan setengah jadi dihasilkan jenis produk
berbentuk potongan pipih tebal atau tipis (misalnya berbagai jenis kerupuk),
butiran besar (misalnya jagung pipil, biji sorgum, tepung tiwul instan, dan
chip/granula/ sawut lainnya) maupun butiran halus (misalnya berbagai jenis
tepung, baik dari bahan serealia maupun umbi-umbian) dengan teknik pengeringan.
Produk olahan pangan setengah jadi ini berbentuk bahan baku kering yang
selanjutnya menjadi bahan baku olahan industri rumah tangga maupun industri
pabrik. Bahan pangan setengah jadi memiliki nilai ekonomi lebih tinggi karena
dapat memiliki umur simpan yang lebih panjang dan dapat diolah secara cepat
sesuai kebutuhan.
1.
Olahan
pangan setengah jadi dengan bentuk pipih tebal atau tipis
Produk pangan setengah jadi bentuk pipih tebal atau tipis dari serealia
antara lain kerupuk gendar, rengginang, emping jagung, kerupuk bawang, bihun,
dan mie. Produk pangan setengah jadi bentuk pipih tebal atau tipis dari umbi
antara lain kerupuk tette, keripik singkong, sawut/gaplek ubi jalar, gaplek ubi
kayu, dan kentang beku. Produk pangan setengah jadi dari serealia dan umbi dengan
bentuk pipih tebal/tipis seperti kerupuk, keripik, dan kentang beku biasanya
jika diolah menjadi makanan khas Indonesia digunakan teknik menggoreng dengan
menggunakan minyak. Namun untuk bentuk sawut/gaplek ubi jalar maupun ubi
kayu/singkong, diolah dengan berbagai teknik, bisa dikukus, direbus, maupun
digoreng. Berikut ini gambar dari olahan pangan setengah jadi bentuk pipih
tebal atau tipis dari serealia dan umbi.
2.
Olahan
pangan setengah jadi dengan bentuk butiran besar
Produk pangan setengah jadi dengan bentuk
butiran besar dari bahan serealia adalah beras/beras instan, beras jagung,
jagung pipil kering dan beku, aneka butiran oat, aneka pasta, beras/biji
sorgum. Adapun, produk pangan setengah jadi dengan bentuk butiran besar dari
bahan kacang-kacangan adalah kacang hijau, kacang tanah, dan kacang kedelai.
Sedangkan, produk pangan setengah jadi dengan bentuk butiran besar dari umbi
adalah tiwul instan dan beras singkong. Produk pangan setengah jadi serealia,
dan umbi dengan bentuk beras, beras instan, beras jagung, aneka pasta, aneka
butiran oat, beras/biji sorgum biasanya jika diolah menjadi makanan khas
Indonesia dengan teknik dikukus atau direbus, namun untuk bentuk jagung pipil
kering diolah dengan berbagai teknik dipanaskan maka biji jagung pipil akan
meletus kalau dipanaskan karena mengembangnya uap air dalam biji. Adapun,
jagung pipil beku dapat diolah menjadi berbagai makanan khas Indonesia seperti
sup, gorengan, tumisan, kue dan lain-lain dengan menggunakan berbagai teknik
bisa direbus, maupun digoreng. Sedangkan, produk pangan setengah jadi dari
bahan kacang-kacangan dengan bentuk biji atau butiran seperti kacang hijau,
kacang kedelai, kacang tanah biasanya diolah dengan teknik direbus, digoreng
atau dipanaskan dengan oven.
Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh
zat gizi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut.
a. Kelompok zat gizi penghasil
tenaga (karbohidrat). Bahan makanan yang mengandung karbohidrat antara lain
dapat diperoleh dari beras, jagung, gandum, roti, mie, makaroni, bihun,
kentang, singkong, ubi, talas, umbi-umbian, tepung-tepungan, gula, dan minyak.
b. Kelompok zat gizi pembangun sel
(protein). Protein dapat diperoleh dari daging, ayam, kelinci, telur, ikan,
udang, susu, serta kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe.
c. Kelompok zat gizi pengatur dalam
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Zat pengatur banyak terdapat dalam
sayur-sayuran yang berwarna kuning, jingga, dan merah, serta buah-buahan.
C.
Teknik Pengolahan
dibedakan menjadi dua yaitu teknik
pengolahan makanan panas basah (moist heat) dan teknik pengolahan panas kering
(dry heat cooking).
adalah mengolah bahan makanan dengan
menggunakan bahan dasar cairan untuk mematangkannya. Bahan dasar cairan yang
digunakan bervariasi seperti air, kaldu, santan, susu atau bahan lainnya. Suhu
cairan pada teknik pengolahan makanan panas basah tidak pernah lebih dari suhu
didih. Teknik ini mencakup merebus (boiling), merebus cairan menutup bahan
pangan (poaching), merebus dengan sedikit cairan (braising), menyetup/menggulai
(stewing), mendidih (simmering), mengukus (steaming), dan mengetim.
1.
Teknik Pengolahan Makanan Panas Basah (Moist
Heat)
a.
Teknik
Merebus (Boiling)
Teknik merebus (boiling) adalah
mengolah bahan makanan dalam cairan yang sudah mendidih. Cairan yang digunakan
berupa air, kaldu, dan susu. Caranya bahan makanan dimasukkan ke dalam cairan
yang masih dingin atau dalam air yang telah panas.
b.
Teknik
Poaching
Teknik poacing ialah cara memasak bahan
makanan dalam bahan cair sebatas menutupi bahan makanan yang direbus dengan api
kecil di bawah titik didih (92-96 °C). Cairan bisa berupa kaldu, air yang
diberi asam, cuka, dan susu.
c.
Teknik Braising
Teknik braising adalah teknik
merebus bahan makanan dengan sedikit cairan, (kira-kira setengah dari bahan
yang akan direbus) dalam panci tertutup dengan api dikecilkan secara
perlahan-lahan. Efek dari braising ini sama dengan menyetup, yaitu untuk
menghasilkan daging yang lebih lunak dan aroma yang keluar menyatu dengan
cairannya.
d.
Teknik
Stewing
Stewing (menggulai/menyetup)
adalah mengolah bahan makanan yang terlebih dahulu ditumis bumbunya, dan
direbus dengan cairan yang berbumbu dan cairan yang tidak terlalu banyak dengan
api sedang. Maksud dari dimasak dengan api sedang dan dalam waktu yang lama
agar aroma dari bahan masakan daging keluar dengan sempurna. Cairan yang
dipakai yaitu air, susu, santan, dan kaldu.
e.
Teknik
Simmering
Teknik simmering ini adalah teknik memasak bahan
makanan dengan saus atau bahan cair lainnya yang dididihkan dahulu baru api
dikecilkan di bawah titik didih dan direbus lama, di mana di permukaannya
muncul gelembung–gelembung kecil.
g. Teknik
Mengetim
Teknik mengetim adalah memasak bahan makanan dengan
menggunakan dua buah panci yang berbeda ukuran di mana salah satu panci lebih
kecil. Cara ini memang memerlukan waktu yang lama, seperti nasi tim dan cokelat.
3.
Teknik Pengolahan Makanan Panas Kering (Dry Heat Cooking)
a.
Menggoreng dengan
Minyak Banyak (Deep frying)
b.
Menggoreng dengan
Minyak Sedikit (Shallow frying)
c.
Menumis (Sauteing)
d.
Memanggang (Baking)
1.
Memanggang kering.
2.
Memanggang dalam oven
menambah kelembaban.
3.
Memanggang dalam oven
dengan menggunakan 2 wadah.
e.
Membakar (Grilling)
E. Penyajian dan Pengemasan
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam menyajikan penampilan olahan pangan sebagai
berikut.
1. Kombinasi
Warna
Padu-padan warna yang indah merupakan salah satu faktor yang menjadi nilai jual suatu hidangan. Kombinasi warna yang buruk dapat merusak selera makan secara keseluruhan.
Padu-padan warna yang indah merupakan salah satu faktor yang menjadi nilai jual suatu hidangan. Kombinasi warna yang buruk dapat merusak selera makan secara keseluruhan.
2. Bentuk,
Tekstur, dan Kekentalan
Bentuk suatu hidangan dapat diciptakan dari pemotongan bahan pangan.
Bentuk suatu hidangan dapat diciptakan dari pemotongan bahan pangan.
3. Rasa
dan Suhu
Dalam penyajian satu menu hendaknya kita juga perlu mengombinasikan rasa-rasa dasar seperti, rasa asin, rasa manis, rasa pedas, rasa gurih, rasa pahit, dan rasa asam, maupun rasa yang sangat berbumbu. Suhu dari olahan pangan yang dihidangkan juga perlu diperhatikan.
Dalam penyajian satu menu hendaknya kita juga perlu mengombinasikan rasa-rasa dasar seperti, rasa asin, rasa manis, rasa pedas, rasa gurih, rasa pahit, dan rasa asam, maupun rasa yang sangat berbumbu. Suhu dari olahan pangan yang dihidangkan juga perlu diperhatikan.
4. Alat
Saji Makanan
Alat saji tradisional misalnya dengan wadah rotan dengan dialasi daun pisang. Alat saji modern dapat berupa piring khusus untuk menu hidangan utama, sup, maupun piring kecil untuk makanan penutup yang dilengkapi sendok dan garpu yang sesuai.
Alat saji tradisional misalnya dengan wadah rotan dengan dialasi daun pisang. Alat saji modern dapat berupa piring khusus untuk menu hidangan utama, sup, maupun piring kecil untuk makanan penutup yang dilengkapi sendok dan garpu yang sesuai.
5. Hiasan/Garnis
Hiasan atau garnis merupakan penunjang penampilan pada olahan pangan yang dihidangkan.
Penyajian
Dalam menyajikan suatu hidangan pada piring hendaknya memperhatikan
semua hal yang perlu ditampilkan seperti yang disebutkan di atas yaitu
kombinasi warna, bentuk, tekstur dan kekentalan, rasa dan suhu serta
penggunaan alat saji
Hiasan atau garnis merupakan penunjang penampilan pada olahan pangan yang dihidangkan.
Penyajian
P
ReplyDelete